Saturday, May 14, 2016

ANJING TAK AKAN MEMINTA MAAF. by embun pagi

[Tulisan lama yang didaur ulang]

Rasanya belum terlalu aus demi mengingatnya. Februari tahun lalu, anggota Parlemen Eropa asal Syriza, Manolis Glezos, tanpa malu bicara,

'Saya meminta maaf kepada rakyat Yunani karena telah mendukung ilusi ini.'

Tanpa diminta, Glezos menunjukkan sikap yang sedemikian rupa. Apa mau dikata, Syriza memungunggi janji-janji kampanyenya. Syriza bilang akan melawan kebijakan pengetatan. Menendang Troika pergi jauh dari tanah para Dewa.

Publik lalu percaya. Tsipras pun menang. Pesta rakyat pecah di jalan-jalan. Berbulan berselang, kenyataan datang menghajar segala ilusi dan tipuan. Syriza ternyata tak bisa dipegang mulutnya. Mereka sama saja dengan kekuasaan yang sudah-sudah.

Pertanyaan lalu muncul. Apakah ungkapan maaf yang semacam Glezos itu diperlukan? Turut serta mengkampanyekan satu kubu politik bisakah ditagih pertanggungjawaban? Berandil menganak-pinakan ilusi layakkah ditodong pengakuan bersalah?

Bagi Glezos jawabannya jelas dan terang: Iya.

Namun bagi yang lain, kelihatannya tidak.

Kita tak perlu pintar untuk paham. Di tanah air sekumpulan aktivis dan intelektual turut mendirikan rejim hari ini. Sebagian dari mereka bahkan sudah pula mendapatkan jatah atas jerih payahnya. Komisaris sampai Dirjen.

Demi menolak lupa, masih tergiang jelas, di musim kampanye dulu dengan gagah mereka menyalakan alarm tanda bahaya Orba. Berikut memasang banner besar: 'Menghadang Fasisme'. Sampai Ahmad Dhani karena pakaian yang dikenakannnya, dicapnya selayaknya titisan Joseph Goebbels. Mebahayakan kebebasan.

Sayang sekali, mereka lupa, selalu saja waktu akan menyediakan pengadilan yang terang. Sial sekali, bukannya Ahmad Dhani, melainkan rejim yang turut didirikanya lah yang hari ini dua langkah lagi akan menjadi 'fasis'. Sudah dekat sekali. Wajah kekuasaan yang mirip Orba, sampai ada yang berkelakar, 'Piye wes mirip jamanku to?'

Dan seperti biasa, menyalaklah mereka keras-keras. Menulis ini dan itu di media sosial. Papua, penggusuran, HAM, liberalisasi ekonomi, terlebih lagi kebebasan berekspresi dan penyempitan ruang demokrasi. Pendek kata, apa saja ditulis. Kecuali dua hal: pengakuan bersalah dan permintaan maaf.

Balik ke Glezos di Yunani. Seperti lazimnya manusia, pria tua ini bisa jatuh dalam kesalahan jenis yang mana saja. Termaksud kesalahan politik. Tapi integritas moral telah mendorongnya meminta maaf. Membuatnya masih pantas meraih hormat. Seseorang yang berani.

Dengan sikap moralnya, veteran pejuang perlawanan anti Nazi tersebut tak berlalu begitu saja selayaknya anjing. Sebab anjing, betapapun bisa menyalak kencang-kencang, tetap saja berbeda dengan manusia. Salah satunya karena anjing tak mungkin belajar menerapkan integritas moral.

Anjing tak bisa mengucapkan maaf.

*****

status dari facebook embun pagi

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home